Ada Apa dengan Pendidikan Kita?

Bambang Nurcahyo Prastowo

Tenaga Pendidik di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM

Mail: prastowo@ugm.ac.id * Web: http://prastowo.staff.ugm.ac.id
Mobile: +62 811-2514-837 * CV singkat

Ada Apa dengan Pendidikan Kita?

Date: 30-09-16 10:31
Baru-baru ini masyarakat dibuat tercengang-cengang dengan pemberitaan adanya sejumlah artis yang 'berguru' pada seseorang yang menjadi tangkapan polisi. Belum habis rasa tercengangnya, datang lagi berita ada intelektual berpendidikan tinggi menjadi pengurus yayasan milik seseorang yang diyakininya bisa mengadakan uang begitu saja. Sebelum itu sudah muncul pemberitaan dari banyak petugas penegak hukum yang melanggar hukum. Bagaimana bisa? Semua menuding perilaku tidak masuk akal ini dari berantakannya sistem pendidikan. Pertanyaannya berantakan yang bagaimana?

Di antara sekian banyak masalah pendidikan, ada satu hal yang menurut saya relatif mudah dan murah untuk mengatasinya namun sebagaimana solusi-solusi masalah pendidikan yang lain, kita harus bersabar untuk menjalaninya untuk jang panjang. Entah bagaimana asal muasalnya, sistem pendidikan kita tidak mendorong dan membekali siswa untuk menempati bidang-bidang kerja yang diperlukan masyakarat/negara tapi untuk menempati bidang-bidang kerja yang bergengsi atau diprediksi dapat memberi penghasilan besar.

Secara sistematis, sekolah-sekolah dipetakan menurut tingkat peminatan memasukinya. Telah terjadi pemetaan SD berdasar tingkatan favorit sehingga orang-orang tua secara otomatis mengerahkan kemampuan masing-masing untuk menempatkan anaknya pada level favorit se tinggi mungkin. Pemetaan level favorit terjadi pula di SMP dan SMA. Orang tua mengerahkan segala daya dan dana, tidak segan dengan kecurangan (misalnya status domisili), untuk meraih kursi sekolah favorit. Gilanya, di perguruan tinggi pun ada pengarahan pemetaan kecerdasan lulusan SMA pada program studi favorit. Ada siswa yang sempat mendapat teguran dari gurunya karena memilih program studi tidak bergengsi, pada hal nilai dan prestasi pendukung bisa menempatkan dia di fakultas kedokteran.

Perkiraan saya, hancurnya pendidikan kita karena ada pengarahan dalam masyarakat untuk menempuh pendidikan berbasis sekolah/program studi favorit menuju high income, bukan mengkombinasikan kebutuhan masyarakat/negara dengan pengembangan minat individual. Saya ingat pada acara anak-anak Barney dan semacamnya di Canada dulu selalu ada penekanan pilihan luasnya lapangan kerja: fire fighter, nurse, engineer, librarian, teacher, dll. Anak-anak dihadapkan pada pengalaman asiknya bekerja di berbagai bidang. Pilihan cita-cita diprogramkan secara sistematis diarahkan agar menyebar. Tidak ada salahnya kita coba mengadopsi strategi itu. Jangan diterus-teruskan mengajari anak taman kanak-kanak kita untuk mengenal dokter saja sebagai cita-cita.

Kita tidak bisa mengontrol bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya, tetapi kita bisa menyusun pedoman pada para guru fak dan bimbingan penyuluhan untuk fokus pada pemetaan minat bakat siswa pada bidang-bidang kerja yang benar-benar dibutuhkan masyarakat dan negara. Pengkaitan bidang pekerjaan dengan income harus secara sistematis dilepaskan. Peserta didik harus dibuat akrab dengan bidang kerja apa pun, mengenali keasikan, tantangan dan yang penting kesadaran bahwa masyarakat dan negara membutuhkan semuanya.


Cukup lah bisa dikatakan sebagai pendusta, seseorang yang mengatakan semua yang didengarnya (h.r. Muslim)

Kirim Komentar

Nama:
Website:

Ketik CFBC di