Matematika Politik Terbelah Dua

Bambang Nurcahyo Prastowo

Tenaga Pendidik di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM

Mail: prastowo@ugm.ac.id * Web: http://prastowo.staff.ugm.ac.id
Mobile: +62 811-2514-837 * CV singkat

Matematika Politik Terbelah Dua

Date: 23-07-17 06:50
Tidak seperti di Amerika yang hanya ada dua, di Indonesia masih banyak partai relatif besar berkompetisi di ajang politik. Namun demikian, sejak pemilu presiden terakhir, pandangan politik masyarakat pemilih terbelah dua mirip yang terjadi di Amerika. Dulu, bagi masyarakat awam, keberadaan suasana pendukung dan oposisi pemerintah hanya ada di parlemen dan menjadi tontonan televisi saja. Masyarakat tenang-tenang saja kalau mendapat pelayanan yang baik dan gaduh kalau pelayanan terganggu semisal mati listrik saat ada tontonan piala dunia. Sekarang, akibat penggunaan media sosial yang masif, sikap mendukung dan beroposisi pada pemerintah juga terbaca kuat di masyarakat.

Hal positif yang kita dapat dari peran aktif masyarakat dalam mendukung dan beroposisi adalah munculnya ulasan-ulasan mendalam (ada yang menyebutnya dengan istilah nyinyir ) tentang kebijakan pemerintah. Kritikan pada kebijakan pemerintah dari anggota/kelompok masyarakat akan selalu mendapat tanggapan pembelaan pemerintah dari anggota/kelompok masyarakat lain sehingga berasa ada keseimbangan. Negatifnya, kritikan dan pembelaan pada kebijakan pemerintah itu kadang berbumbu saling memberi kritikan personal pada pelaku diskusi. Kita bisa temui banyak debat berbalas kritik dari sesama anggota masyarakat di media sosial yang memanas sendiri tanpa kejelasan pengaruhnya pada kebijakan pemerintah yang menjadi pangkal perdebatan.

Saya perhitungkan, kondisi masyakat terbelah dua ini secara menyeluruh merugikan dalam arti ada potensi kita kehilangan 50% kontribusi analisa/sintensa masyarakat pada jalannya pemerintahan. Mereka yang sudah terlanjur ada pada sisi oposisi cenderung tidak berkomentar pada kebijakan bagus dan hanya berbicara saat menemukan kesalahan; sebaliknya mereka yang terlanjur ada pada posisi pendukung cenderung diam meski melihat ada hal yang bisa diperbaiki pada kebijakan pemerintah dan hanya berbicara saat ada orang lain yang melontarkan kritik ke pemerintah.

Saya pikir ada baiknya dukungan dan oposisi pada pemerintah biarlah menjadi pekerjaan pengurus dan anggota partai-partai sementara masyarakat umum bisa melepaskan diri dari sentimen pilihan politik saat pemilu presiden. Coba sesekali mereka yang biasa melontarkan kritikan pada pemerintah menulis ulasan sisi positif dari jalannya pemerintah sekarang dan sebaliknya mereka yang selalu membuat komentar pembelaan pada pemerintah sesekali menyampaikan hal-hal yang perlu diubah dari kebijakan pemerintah untuk peningkatan kinerja pelaksaan pemerintahan. Tak ada gading yang tak retak; tak selamanya mendung itu kelabu.

Cukup lah bisa dikatakan sebagai pendusta, seseorang yang mengatakan semua yang didengarnya (h.r. Muslim)

Kirim Komentar

Nama:
Website:

Ketik F394 di