Reuni 2007 Espero76

Bambang Nurcahyo Prastowo

Tenaga Pendidik di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM

Mail: prastowo@ugm.ac.id * Web: http://prastowo.staff.ugm.ac.id
Mobile: +62 811-2514-837 * CV singkat

Reuni 2007 Espero76

Date: 16-10-07 09:12

Kemarin siang saya ditelpon Hary Wibowo: "Pras, reneo, iki ana reuni SMP2 nang Bamboo resto, kidul SGM."

"Iki gilo, akeh kanca-kanca..." dan disebutlah sederetan nama-nama asing di telinga. Kemudian ada lagi telpon: "Tak tunggu lho Pras, iki aku Urip. Isih kelingan to?"

Urip siapa ya? Terus terang saya sendiri heran mengapa begitu pelupanya. Untuk menghormati yang mengundang, akhirnya saya datang juga ke lokasi dengan rasa kurang nyaman. Benar juga, sampai di Bamboo resto saya "disambut" wajah-wajah asing dengan sorot mata asing pula. Sosok Prastowo SMP jauh berbeda dengan Prastowo Dosen UGM. Berat badang versi SMP tidak lebih dari 35 kg sementara versi sekarang sudah mendekati 80 kg. Buku direktori alumni SMP2 angkatan 76 langsung saya buka-buka segera setelah didapat. Mungkin memang jiwa ini ingin melupakan masa SD/SMP.

Waktu SD/SMP, menjalani masa sekolah tidak lah fun. Terutama saat harus beli seragam, sepatu, buku terlebih mendapat surat tawaran mengikuti rekreasi ke luar kota. Sebagai mantan tahanan politik, meskipun sudah dibekali surat pernyataan tidak dapat dibuktikan kesalahannya, ayah saya tidak pernah bisa mendapatkan pekerjaan. Kami hidup dengan menitipkan dagangan ke penjual makanan di pasar. Yang tidak terlupakan sampai sekarang adalah ketika diminta membeli baju seragam rompi batik pleton inti dengan harga yang dipaksakan ke orangtua. Kesan ini sangat mendalam karena disetiap kesempatan tampil pada lomba-lomba baris pada waktu itu selalu ada ketentuan memakai seragam SMP biasa. Seragam tonti batik itu sekali pun belum pernah terpakai.

Satu-persatu teman-teman SMP seangkatan itu menyebutkan namanya. Sedikit demi sedikit (dan tetap sedikit) memori membantu mencocokkan nama dan wajah. Sori tenan, aku tidak bisa berpura-pura kenal. Ketika mencoba membangun percakapan pun sepertinya pengalaman yang tersampaikan campur aduk dengan pengalaman SMA sehingga sering tidak nyambung. Maklum, banyak juga teman SMP yang masuk ke SMA yang sama (SMA 1).

"Aku Urip, kelas siji biyen jejer koe." Oh ya? kataku dalam hati. Nama Urip Usmono mulai muncul tetapi tetap saja error. Sepertinya Urip yang dulu itu anaknya bertampang "ndeso" sementara yang sekarang ini gagah ngiyayeni dengan bekas sujud di dahi. Gak papa lah, yang penting makan dulu. Sementara makan nguping dulu. Tiba-tiba ada yang tanya: "Aku sopo Pras? Awas yen ra kelingan."

"Doni kan?" kata ku. Alhamdulillah. Dia nampak senang sekali. "Gene kelingan." Tentu saja. Kan tadi sudah dengar ada yang panggil dia Doni. Setelah itu percakapan beralih ke kondisi sekarang: anak, pekerjaan, tempat tinggal dsb. Aman. Setelah guru-guru pulang saya pikir bubar. Eh, ternyata acara dilanjutkan. "Sekarang saatnya ambil kado silang." kata pembawa acara. Lho? Tadi waktu mengundang gak bilang-bilang kalau pakai kado silang segala.

"Yang tidak bawa kado, harus menyanyi." Gak papa lah, pada dasarnya saya senang menyanyi. Dalam beberapa pertemuan kantor dan keluarga saya sudah pernah menyanyi dengan lagu pilihan Sewu Kutha. Tidak masalah. Pada acara saran-saran, saya usulkan bikin website untuk mengakumulasi informasi dan sebisa-bisa tidak hanya kumpul-kumpul bernostalgia namun juga mencoba membantu sekolah. Tadi memang sudah ada acara fund raising untuk mendanai perbaikan masjid yang rusak. Saya baru tahu SMP2 punya masjid. Ternyata lahan yang dulu relatif sempit sudah diperlebar dengan mengakuisisi bekas kantor Jawatan Tera disebelahnya.


Cukup lah bisa dikatakan sebagai pendusta, seseorang yang mengatakan semua yang didengarnya (h.r. Muslim)

Kirim Komentar

Nama:
Website:

Ketik 2F64 di