Beli mobil: fungsi atau gengsi?

Bambang Nurcahyo Prastowo

Tenaga Pendidik di Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM

Mail: prastowo@ugm.ac.id * Web: http://prastowo.staff.ugm.ac.id
Mobile: +62 811-2514-837 * CV singkat

Beli mobil: fungsi atau gengsi?

Date: 08-10-08 11:55
Dari mailing-list dosen UGM, saya dapat tulisan menarik yang dengan ijin penulisnya saya postingkan di sini. Singkatnya, pak Eka Firmansyah menceritakan kecenderungan pembelian kendaraan di Jepang lebih berpegang pada pertimbangan fungsi sedangkan di Indonesia faktor gengsi sering lebih mendominasi bahan pertimbangannya.
From: 	eka.firmansyah 
Date: 	Wed, 08 Oct 2008 01:46:30 -0000 (08:46 WIT)

Suatu hari, saat ada acara kumpul-kumpul dengan warga kampung Shimoyamato, saya sempat ngobrol dengan bapak ketua RT yang pintar bahasa Inggris. "Tadayuki San, kenapa kebanyakan motor di sini kok cuma 60cc ya? Di Indonesia, motor juga bikinan Jepun. Ada Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki. Tapi di negara kami, motor paling kecil 110CC. Motor Pak Polisi yang dipakai di Jepun (Honda Pitung Merah) sudah 20 tahun lalu tidak dijual lagi di Indonesia. Tapi kenapa di sini kok malah masih terus diproduksi?" Jawaban Tadayuki San : "Lha 60cc saja sudah cukup, kenapa pakai 110CC? Memang mau seberapa cepat si kamu naik motor? Paling kecepatan rata-rata cuma 30-40 km/jam?" sambil mesem-mesem.........

He..he..bener juga. Kalau dipikir-pikir, mana yang lebih kaya? Indonesia apa Jepang? Tapi untuk masalah kendaraan....sombong siapa antara Indonesia dengan Jepang ?

Ada beberapa kelebihan motor kecil 60cc tersebut (kelebihan tersebut berlaku kalau tinggal di Jepang sini, gak tau kalau di Indonesia). Pertama, harganya murah-meriah. Cuma selisih dikit ama sepeda listrik. Kedua, dianggep seperti sepeda. Artinya, gak usah bayar pajak. Meskipun tetep harus punya SIM. Ketiga, untuk generasi motor terbaru yang sudah pakai injeksi i-Beat, ngiritnya minta ampun. Sampe-sampe, seorang mahasiswi Master-1 di lab saya harus mendorong motornya ke pom bensin yang berjarak 3 kilometer naik turun gunung gara-gara keabisan bensin. Pasalnya....dia sampai lupa kapan terakhir ngisi bensin :P. (dia gak bisa baca meter bensin pa ya? Heran...)

Tapi ada juga lho kelemahannya. Pertama, Prof BWS pasti tidak mau beli! Hukum membatasi kecepatan maksimal cuma 35km/jam. Kalau kedapatan lebih dari itu harus bayar JPY 9000. Kedua, cuma bisa dinaiki satu orang, gak boleh boncengan.

Ada lagi fenomena lucu masalah beli-membeli turangga ini. Untuk level yang lebih tinggi, mobil, orang Jepun ternyata lebih memilih Kei-Jidosha. Ini jenis mobil kecil-mungil dengan berbagai keterbatasan. Mesinnya gak boleh lebih dari 660cc. Tenaga gak boleh lebih dari 55dk. Paling panjang cuma 3m. Penumpang maksimal 4 orang dewasa. Bawaan tidak lebih dari 350 kg.

Penjualan tertinggi selama 5 tahun berturut-turut dipegang Suzuki Wagon R (http://www.theautochannel.com/news/2008/04/06/083468.html). Jumlah penjualan mobil Suzuki ini jauh meninggalkan teman-temannya yang kelas mobil beneran (bukan mobil kecil). Semisal Honda Jazz (Disini Honda Fit) cuma ada di posisi kedua.

Kei-jidosha memiliki berbagai variasi. Ada kelas sedan, van, pickup, blind-van dll. Bahkan kei jidosha sudah dimodif menjadi berbagai bentuk moda transportasi. Seperti : Mobil concrete mixer mini, Kendaraan angkut mini, mobil bapak Pos, mobil dinas pak camat, pak lurah, mobil patroli polisi kelas polsek, mobil sampah, dan semua jenis kebutuhan angkutan yang lain yang bisa terpikir.

Beberapa kelebihan kei-jidosha : pertama, jelas irit bensin. Wong cuma 660cc. Tapi teknologinya canggih lho. Sudah pakai i-vvt dan injeksi bahan bakar. Bahkan banyak yang memiliki turbo dan transmisi cvt-matic. Bensin 1 liter untuk 20 km (yang baru lho...... ) dengan ac hidup. Bahkan, Miscubishi membuat MiEV (Mitsubishi Electric Vehicle). Ada versi hybrid dan ada juga yang versi Plug-in... Kedua, pajak murah. Ketiga, tarif parkir di kota besar murah. Keempat, ramah lingkungan.

Urusan bahan bakar juga variatif. Buat yang konservatif masi pakai bensin. Tapi banyak juga yang sudah ganti ke CNG yang lebih murah, lebih bersih, dan halus di mesin.(itu gas dari Bontang Indonesia, lho). Dan yang mulai banyak dijual saat ini menggunakan tenaga gerak listrik versi Plug-in (MiEV).

Lha kalo yang negara kaya saja cuma beli yang kecil mungil dan murah...kenapa di negara yang ngakunya miskin malah beli yang mewah? Bayangpun, menurut Tabloid Otomotif, meskipun gelar mobil sejuta umat dipegang AVANSA, tapi mobil yang paling dimimpikan tetap saja Inova....he..he..he...2000 cc gitu loh! Bisa bawa emak, teteh, tante, aa', uu', ee' dll....

Kalau menurut saya, kita ini dibodohi abis. Jepang jual mobil mewah tapi mereka sendiri malah pakai mobil murah! Kita termakan nafsu sendiri. Coba bayangkan 20-30 tahun kedepan. Waktu kekayaan Indonesia sudah abis.....bakal jadi apa negara ini..... Mari membeli secara rasional.
Pingin di Indonesia juga bisa bikin MiEV.
Eka F


Cukup lah bisa dikatakan sebagai pendusta, seseorang yang mengatakan semua yang didengarnya (h.r. Muslim)

Kirim Komentar

Nama:
Website:

Ketik C727 di
  • 19. jogjacom

    oke com

    05-04-21 03:41
  • 18. yogyakarta

    visit

    05-04-21 03:41
  • 17. jogjajogja

    jogja

    05-04-21 03:40
  • 16. yogyacom

    oke

    05-04-21 03:40
  • 15. jogjacom

    oke

    05-04-21 03:40
  • 14. Nanang

    setuju Bapak ... artikel yang cerdas

    26-08-18 04:58
  • 13. jasa rental mobil

    Lebih baik membeli mobil berdasarkan kebutuhan saja karena jika mengikuti gengsi hal tersebut tidak akan pernah puas. Jika kamu ingin memiliki mobil yang bagus, aku punya saran cobalah untuk menggunakan jasa rental mobil, karena di sana kamu bisa mendapatkan berbagai mobil dan gengsi yang tinggi. Namun sebaiknya hal ini disesuaikan dengan kondisi keuangan juga.

    08-08-16 05:03
  • 12. Dedi

    emh, kalo ndak salah Suzuki Wagon-R itu = Karimun kalo di Indonesia ya..(kebetulan kendaraan saya sekarang itu jadi sering baca di milis2) tapi 1000cc lho. Mungkin karena menuruti selera pasar orang Indonesia ya.

    http://kemplangpedes.blogspot.com

    30-11-08 05:38
  • 11. Eko SW

    setelah onthel, saya malah sekarang nunggangin V-ixion. Hueee.... Mantab untuk liak liuk, bodinya tinggi, bobot berat tapi ramping. cb j perhatiin Vix di jalan. liukannya kaya ular.. ^_^

    Ada foto2nya lho disini : http://swdevsoftwareconsulting.blogspot.com/

    Hihi

    26-11-08 09:54
  • 10. Adhi

    Setelah melihat perkembangan kepadatan dan kemacetan di Jogja selama beberapa tahun terakhir, saya memutuskan kelak kepengen beli mobil tipe city car (mirip2 Karimun) aja lah... Hehehehe...

    17-10-08 03:53
  • 9. siti

    itulah pola hidup sebagian masyarakat Indonesia bahkan pada umumnya

    16-10-08 01:13
  • 8. wawan

    wah keduluan.. )
    saya baru mau nyindir TheCarnivals ...

    14-10-08 11:47
  • 7. bintoro

    ada lagi rupanya mobil nasional

    http://oto.detik.com/read/2008/10/09/173839/1017867/648/gea-gunakan-mesin-500-cc-produk-lokal

    09-10-08 08:52
  • 6. faizal

    owwww...pantes saja cadangan minyak endonesia cepet habis...makanya dari dulu saya cukup pake legenda 98cc meski keluar honda-honda lain dengan cc lebih tinggi...(ngomong wae ra kuat tuku)

    09-10-08 03:12
  • 5. efendi

    ayoooo beli mobil buatan madiun (INKA) 30 th kedepan kita masih ninggalin warisan anak cucu kekayaan alam

    09-10-08 07:23
  • 4. prastowo

    Lah... kalau pilihan Carnival memang jatuh untuk keperluan bepergian bersama sekeluarga (6 jiwa). Kendaraan 4 seat tidak muat lah. Cuma memang borosnya minta ampun. Sekarang sedang cari-cari lagi mobil kecil buat keperluan kota-kota.

    08-10-08 10:50
  • 3. bintoro

    btw gimana dgn pilihan carnivalnya pak? hehehe

    08-10-08 10:17
  • 2. bintoro

    sy juga ijin utk ngopi ya pak

    08-10-08 10:16
  • 1. kifli

    menarik sekali pak, nuwun sewu kopi pas untuk oleh2 buat temen2...

    08-10-08 08:07